Rubrik ekonomi politik
ini kami sajikan sebagai ruang bagi pewacanaan ekonomi politik secara
integral. Seringkali tanpa sadar banyak orang melihat dimensi ekonomi
dan politik secara terpisah satu sama lain, padahal dalam kenyataannya
keduanya saling terkait erat. Kami berharap bahwa pembaca mampu melihat
secara keseluruhan (whole picture) hal-hal yang berkaitan dengan
sebuah sistem kemasyarakatan secara komprehensif dan mengambil hikmah
dari sana.
Pada edisi perdana ini, rubrik ekonomi politik mengupas tentang sebuah
isme ekonomi yang kini telah menguasai dunia- kapitalisme, beserta
perangkat-perangkat yang menopang tegaknya kapitalisme. Artikel-artikel
berikut disajikan dalam alur yang lugas dan disusun untuk memudahkan kita
untuk memetakan gagasan kapitalisme sejak kelahirannya hingga dinamika
kontemporer di era globalisasi ini baik pada level konsepsi dasar maupun
implementasi. Seiring dengan makin menguatnya kapitalisme global, sebagian
orang mulai mempertimbangkan Islam sebagai alternatif yang diharapkan
bisa memberikan kontribusi riil menyelamatkan umat manusia dari kerakusan
kapitalisme. Argumen yang diangkat adalah di dalam Islam tidak hanya menemukan
dimensi teologi, tetapi juga perangkat pengatur masyarakat secara komprehensif
seperti sistem sosial, ekonomi dan politik yang hadir dalam semangat pembebasan
dan kemanusiaan.
Selanjutnya, kami persilahkan rekan-rekan pembaca untuk meng-explore bersama
kami. Semoga pewacanaan ini tidak hanya berhenti pada level kognitif,
sehingga dapat terwujud sebuah perubahan ke arah yang lebih baik.
- Globalisasi:
Karakteristik dan Implikasi
Riza Noer Arfani
Globalisasi adalah
kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat domestik/lokal
ke dalam komunitas global di berbagai bidang. Pertukaran barang dan
jasa, pertukaran dan perkembangan ide-ide mengenai demokratisasi, hak
asasi manusia (HAM) dan lingkungan hidup, migrasi dan berbagai fenomena
human trafficking lainnya yang melintas batas-batas lokalitas
dan nasional kini merupakan fenomena umum yang berlangsung hingga ke
tingkat komunitas paling lokal sekalipun. Pendek kata, komunitas domestik
atau lokal kini adalah bagian dari rantai perdagangan, pertukaran ide
dan perusahaan transnasional.
Yang perlu diperhatikan adalah implikasi dari kecenderungan-kecenderungan
itu. Kita perlu memperhatikan munculnya global governance yang mengatur
berbagai kecenderungan tadi. Dalam bidang perdagangan, pemerintah nasional
kita adalah anggota dari WTO (World Trade Organization) yang
terikat dengan aturan-aturan yang diratifikasi di dalamnya.
- Kapitalisme
dan Neoliberalisme: Sebuah Tinjauan Singkat
Eko Prasetyo
Keberatan terbesar kalangan mahasiswa terhadap pemotongan subsidi ditengarai
karena kebijakan yang ada di balik itu didasarkan pada kepatuhan atas
ajaran yang tertuang dalam ideologi neo-liberalisme. Yang terpokok dari
ideologi neo-liberalisme adalah dikarantinanya peran sosial negara dan
menjadikan pasar bebas sebagai kiblat dari semua transaksi ekonomi.
Kedua kecenderungan ini membawa akibat serius bagi kehidupan mayoritas
rakyat yang masih berada dalam krisis. Segala kritik yang ditumpahkan
oleh sejumlah aktivis tidak mengurangi keyakinan penguasa untuk tetap
menerapkan ideologi neo-liberalisme dalam berbagai proyek pembangunan.
Kerasnya suara perlawanan di tingkat akar rumput ini telah memperluas
wacana ideologi neo-liberalisme pada semua komunitas masyarakat sipil.
Aksi penentangan yang tidak percuma mengingat saat ini, banyak kalangan
mulai kembali menelaah, apa sesungguhnya yang ada di balik ideologi
neo-liberalisme dan bagaimana kiprahnya.
-
Neoliberalisme dan Globalisasi
Mansour Fakih
Kini kita
tengah menyaksikan suatu transisi dari formasi sosial developmentatism
kapitalisme model di Asia Timur, yang selama ini dijadikan contoh model
pertumbuhan dan keberhasilan kapitalisme Dunia Ketiga ke model globalisasi.
Dengan kata lain, saat ini adalah saat berakhirnya era developmentalism,
suatu proses perubahan sosial pasca Perang Dunia II yang dibangun di
atas landasan paham modernisasi. Namun di negara-negara pusat kapitalisme,
jawaban untuk mempercepat laju kapitalisme telah lama disiapkan bahkan
sejak krisis kapitalisme di tahun 30-an. Jawaban itu adalah globalisasi
kapitalisme.
- Islam
Sebagai Alternatif
Mansour Fakih
Ketika diturunkan
dalam konteks zamannya, Islam pada dasarnya merupakan gerakan spiritual,
moral, budaya, politik, serta sistem ekonomi alternatif. Tentu saja,
alternatif terhadap sistem dan budaya Arab yang waktu itu tengah mengalami
pembusukan dan proses dehumanisasi. Selain itu Islam juga lahir sebagai
jalan pembebasan dan kemanusiaan dari dua kekuatan global zamannya,
yakni kekuasaan Romawi di Barat dan Bizantium di Timur. Namun, semangat
alternatif lslam ini tak bertahan lama, seperti ditunjukkan dalam perjalanan
sejarah. la mengalami pasang-surut sampai akhirnya sulit mempertahankan
watak sebagai gerakan alternatif.
|