From: Onno W. Purbo To: khudori Subject: Re: wawancara Date: Tuesday, October 31, 2000 5:01 AM ----- Original Message ----- From: khudori To: ; Sent: Tuesday, October 31, 2000 1:09 AM Subject: wawancara > Pak Onno dan Mas Roy, saya ingin mendapatkan beberapa komentar berkaitan > dengan rencana penulisan VIRTUAL --sisipan sebulan sekali di majalah > GAMMA-- tentang e-books dan e-government. Tulisan ini akan diturunkan > pada 8 Nopember. Namun demikian, karena deadlinenya jauh lebih awal, > kami mohon e-mail pertanyaan-pertanyaan kami, sebisanya dijawab tidak > melebihi hari Jum'at (3/11). Pertanyaannya sebagai berikut: > > ** Untuk e-books: > - Bagaimana Anda melihat perkembangan dunia perbukuan di negara kita > jika dibandingkan dengan perkembangan perbukuan diluar negeri? bangsa Indonesia pada hari ini sebagian besar masih berada pada budaya komunikasi suara bukan tulis menulis ... terutama karena tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi dari sebagian besar bangsa ini .. masih tidak banyak penulis di negeri ini karena memang pada saat kita berada di dunia pendidikan biasanya tidak di tekankan untuk menjadi penghasil pengertahuan / tulisan biasanya kita hanya di tekankan untuk memperoleh gelar saja apakah gelar itu membeli gelar atau pakai cara-cara lain yang cepat .. menjadi penulis di negeri ini juga cukup banyak tantangannya karena minat baca yang kurang sehingga buku yang terjual biasanya tidak banyak terjual 3000 exemplar / buku biasanya sudah di anggap untung ... padahal rakyat Indonesia ada 200 juta orang .. > - Apa perbedaan yang mencolok? Lalu, apa yang menyebabnya perbedaan itu? Menjadi penulis di luar negeri mempunyai pangsa pasar yang besar buku berbahasa inggris jelas bisa laku puluhan ribu exemplar kalau tidak ratusan ribu exemplar .... menjadi penulis di luar akan lebih menguntungkan .. semua itu bisa menjadi lebih baik jika sistem pendidikan kita di perbaiki .. sistem pendidikan kita justru mempersulit bangsa ini menjadi pintar & tidak memberikan banyak alternatif solusi bagi anak bangsa yang tidak mempunyai cukup uang untuk menjadi pandai ... > > - Di negara kita, problem perbukuan belum juga beranjak dari problem > klasik (harga kertas yang mahal, sehingga harga buku tinggi; plus biaya > pajak, membuat konsumen sulit membeli; apalagi minat baca sangat rendah, > dan seterusnya). Padahal, dunia perbukuan kini dihadapkan pada tantangan > yang tidak kecil. Misalnya, munculnya trend e-books. Menurut Anda > berdua, apa yang mesti dilakukan oleh penerbit, konsumen dan pemerintah? e-book itu menarik bagi yang mempunyai akses ke komputer di Indonesia cuma ada 1000+ warnet, 2 juta komputer dari 200 juta bangsa ini ... saya sudah beberapa lama meletakan artikel artikel saya secara free (gratis) di Internet kenyataannya buku saya masih jauh lebih banyak yang membeli & membajak daripada artikel saya yang saya letakan gratis di Internet ... selama kemampuan akses ke Internet & komputer ini rendah e-book bukan sebuah solusi yang menjadi ancaman & sesuatu yang harus segera di tindak lanjuti oleh para penerbit tingkat akses ke Internet & komputer di Internet sangat erat hubungannya dengan jumlah massa yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi ... juga berhubungan dengan jumlah massa yang mampu membaca dengan baik ... pada akhirnya berhubungan dengan kebijakan pendidikan di Indonesia .. > > - Sudahkah masyarakat kita memerlukan e-books? Sejauh mana urgensinya? bagi masyarakat yang bisa mengakses komputer & internet memang sudah bisa mengakses e-book ... cuma itu hanya 1.5 juta orang yang mungkin potensial hanya berjumlah ratusan ribu saja .. apakah itu menjadi menarik untuk memproduksi sebuah e-book? Akan lebih menarik jika kita bisa mengkaitan ke Internet bagi 4000+ SMK, 10.000+ SMU, 10.000+ Pesantren & 1300 PTS & PTN ke Internet & komputer di situ ada massa yang suka baca & menulis sebanyak 20+ juta orang .. nah ini akan menjadi menarik ceritanya ... karena audience & minat bacanya lebih jelas .. > - Bagaimana dengan kesiapan penerbit untuk merealisasikannya? mencetak e-book tidak terlalu sulit .. yang sulit adalah bisnis model e-book bagaimana si penerbit bisa memperoleh pemasukan & uang untuk hidup? karena seorang penulis dapat dengan mudah meletakan tulisannya di Internet tanpa perlu penerbit sama sekali ... > - Apa sih benefit yang akan diperoleh konsumen dengan e-books itu? biasanya e-book akan lebih murah daripada yang di cetak biasa .. lebih mudah akses-nya bagi yang mempunyai akses ke Internet & komputer lebih cepat memperoleh informasi dari penulis-nya .. lebih mudah penyimpanannya .. > - Apakah teknologi e-books akan membuat buku-buku konvensional akan > tidak laku, lalu penerbit mati? Suramkah masa depan penerbit buku > konvensional? seperti saya jelaskan di atas massa di Indonesia yang bisa mengakses e-book pada hari ini masih sedikit .. bahkan tulisan saya yang di letakan gratisan di Internet masih lebih sedikit yang mengambil daripada orang yang membaca buku & tulisan-tulisan saya melalui media cetak biasa ... saya masih percaya bahwa kalau masih ada 200 juta orang Indonesia yang masih belum bisa mengakses ke Internet & komputer maka media cetak konvensional akan terus hidup ... untuk mengkaitan 20 juta orang Indonesia ke Internet saja mungkin masih membutuhkan sekitar 4-5 tahun lagi .. > - Lalu, menurut Anda, apa yang mesti dilakukan oleh penerbit? tetap menerbitkan buku, majalah & media cetak lainnya .. karena membuat e-book itu tidak sulit & sangat mudah kalau nanti dibutuhkan untuk membuat e-book itu akan sangat mudah dilakukan karena semua penerbit di Indonesia sudah mengolah naskah-naskah-nya dalam bentuk file komputer ... tinggal masalah bisnis flow-nya saja supaya bisa memperoleh revenue stream yang jelas .. > > ** Untuk e-government: > - Januari nanti, otonomi daerah akan diberlakukan. Ternyata, pemda kini > banyak yang mulai menerapkan e-governmet. Apa sebetulnya manfaat > e-goverment ketika otonomi daerah itu diterapkan? Lalu, apa kerugiannya? mudah-mudahan pemda ini sadar bahwa e-government bukan cuma sekedar memasang komputer di kantor masing-masing .. e-government mempunyai banyak konsekuensi sosial budaya bagi pemda-pemda ini apakah mereka sadar bahwa e-government sebetulnya memaksa mereka untuk bekerja profesional, bekerja bersih, tidak melakukan korupsi, tidak pungli dll komputer tidak bisa di bohongi & tidak bisa mentolerir penipuan-penipuan .. aparat pemda tsb harus di ubah paradigma-nya sebelum e-government bisa dijalankan dengan baik ... jika tidak dilakukan perubahan paradigma / budaya kerja tsb yaaa pada akhirnya komputer akan cuma menjadi mesin ketik saja e-goverment yaaa cuma slogan saja .. > > - Apa saja yang bisa dinikmati rakyat/warga? coba bayangkan sebuah pemda / pemerintah yang bersih, tidak melakukan pungli, tidak melakukan korupsi, bekerja profesional, cepat & tepat waktu ... apa yang bisa di nikmati rakyat & warga? tentu akan sangat banyak ... masalahnya bukan di e-government / komputer-nya yang masalah utamanya di aparat pemda-nya koq .. > - Apakah Anda yakin, e-government akan meningkatkan kualitas dan > kuantitas pelayanan kepada publik? Sebetulnya, pelayanan apa saja yang > bisa dilayani lewat e-government itu? Seberapa luas cakupannya? Apakah > bisa mengarah ke papeless? e-government & komputer kan cuma alat bantu saja .. yang masalah besar sebetulnya mental & budaya aparat pemda itu .. > - Apakah penerapan e-government akan bisa mengerem atau mengurangi > birokrasi pungutan, birokrasi sogokan dan sejenisnya? Bagaimana secara > teknis itu bisa dijelaskan? secara teknis komputer-nya sulit melakukan sogok, pungli, korupsi dll.... cuma sebelum data masuk ke komputer kan data & informasi harus dilewatkan dulu pada orang & operator komputer ... engga usah jauh-jauh lah ... KTP itu sudah pakai komputer apakah proses pembuatan KTP itu bersih dari calo & pungli? belum pengurusan surat ijin apa keq, ijin usaha dll .. semua penuh dengan calo dll .. karena calo itu adalah perantara antara komputer & rakyat .. OK lah dengan egovernment rakyat bisa lewat Web bikin KTP, surat ijin dll .. tapi kan jumlah rakyat yang bisa melakukan itu sedikit sekali ... sebagian besar rakyat masih harus di bantu calo buat membuka Web-nya . yaaa akhirnya yaa tetap aja bukan solusi kalau jumlah rakyat yang bisa akses ke Internet & komputer masih sedikit sekali ... ujungnya yaaaa lagi-lagi masalah pendidikan .. DIKNAS Itu harus di reformasi supaya sebanyak mungkin rakyat Indonesia menjadi pandai .. > - Apakah penerapan e-government tidak berdampak buruk pada PHK karyawan > pemda di daerah? Mem-PHK PNS itu tidak mudah Mas .. Pemerintah cuma bisa mengeluarkan PNS yang berkelakuan tidak baik & melakukan kesalahan atau mengerluarkan PNS yang mengundurkan diri kalau mem-PHK dan memberikan pesangon tidak akan sanggup mereka tidak mempunyai budget ... nah jadi serba susah kan ... > - Apakah aparat birokrasi kita sudah waktunya dan siap melakukan ini? kita bertanya saja ke diri sendiri ... apakah aparat birokrasi kita sudah siap untuk tidak melakukan proses calo, tidak melakukan pungli, tidak melakukan korupsi? > - Bagaimana pula dengan infrastruktur komunikasi pendukung yang kita > miliki. Apakah bisa mendukung implementasi e-government? internal departmen mungkin tidak terlalu sulit yang akan sulit adalah yang antar departemen dan yang antara pemerintah dan rakyat .. tidak usah jauh-jauh lah masalah KTP / registrasi penduduk . itu DEPDAGRI punya data, BKKBN pasti punya data, BPS punya data, Imigrasi punya data dll .. semua punya data masing-masing & ada kecenderungan tidak saling share data tentunya perlu usaha bersama antar departemen untuk mensinkronkan usaha tsb egoisme sektoral harus di kurangi ... > - Apakah rakyat/warga juga sudah siap untuk menerima e-government? memang masalah akses bagi masyarakat menjadi penting .... bagaimana mau e-government kalau cuma 1.5 juta orang Indonesia yang bisa akses sama saja itu membuat pemerintahan yang hanya menservis 1.5 juta orang ... kalau akses ini tidak disebar luaskan ke masyarakat banyak yaaa proses calo, pungli dll akan tetap merajalela > - Bagaimana sih penerapan e-government di luar negeri? Tolong diberikan > contoh kongkrit penerapannya pada suatu negara. Malaysia misalnya? Saya terus terang lebih suka dengan Singapura itu merupakan e-government yang sangat cantik sekali .. Saya kirimkan aja ya Power Point yang dibuat oleh Wayan Wicaksana.. dia sangat bagus mereview e-government beberapa negara yaitu US, Belanda & Singapura ... yang terbaik adalah Singapura .. > > Demikian beberapa poin pertanyaan yang kami ajukan. Atas kerja samanya, > disampaikan banyak terima kasih. > > Wassalam, > > Khudori/Redaktur VIRTUAL/GAMMA > > >